MAKALAH
TEORI PEMBELAJARAN
KOGNITIF
PENDAHULUAN
Belajar
merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan
(Hilgrad & Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13). Belajar juga
merupakan proses berubahnya tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan
oleh interaksi dengan lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik
untuk dibicarakan, sehingga sudah banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan
pandangan-pandangan mereka mengenai proses belajar tersebut.
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat sebagai mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedangbelajar.
Kendati pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, namun pandangan-pandangan kaum behavioristik juga ada yang digunakan dalam pendekatan kognitif. Reinforcement, misalnya, yang menjadi prinsip belajar behavioristik, juga terdapat dalam pandangan kognitif tentang belajar. Namun bedanya, behavioristik memandang reinforcement sebagai elemen yang penting untuk menjaga atau menguatkan perilaku, sedangkan menurut pandangan kognitif reinforcement merupakan sebuah sumber feedback untuk melihat apakah kemungkinan yang terjadi jika sebuah perilaku diulang lagi.
ISI
A. PENGERTIAN
Istilah
“Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian,
mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan,
penataan, dan penggunaan pengetahuan ( Neisser, 1976). Dalam pekembangan
selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk
pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah
pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Termasuk
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak)
dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Menurut para ahli jiwa
aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku
itu terjadi. Pembelajaran menurut Teori Belajar
Kognitif adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir
agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari. Ini sesuai dengan
pengertian belajar menurut aliran kognitif yang menekankan pada kemampuan
mengenal pada individu yang belajar
Tidak seperti halnya
belajar menurut perspektif behavioris dimana perilaku manusia tunduk pada
peneguhan dan hukuman, pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap individu
justru merencakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara yang bisa
membantu dia mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih
berarti. Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah
bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah. Hal
yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori belajar ini adalah tentang
jenis pengetahuan dan memori Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajarnya. Teori ini juga menekankan bahwa
bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi
komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan menghilangkan
makna belajar. Teori ini juga berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
faktor-faktor lain. (Asri, 2005 : 34). Belajar adalah aktifitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar di sini antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diterima (faktor eksternal) dan menyesuaikan
dengan struktur kognitif yang sudah terbentuk di dalam pikiran seseorang
(background knowledge) berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya (faktor
internal). Teori kognitif lebih menekankan pada struktur internal pembelajar
dan lebih memberi perhatian pada bagaimana seseorang menerima, menyimpan, dan
mengingat kembali informasi dari perbendaharaan ingatan. Ada beberapa kelompok
penganut teori kognitif, namun fokus dari penganut teori ini sama yaitu pada
soal bekerjanya pikiran manusia (Mukminan, 1998:53).
Menurut
pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar.
Dengan kata lain apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang
akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan.
Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan
membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini
telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan dasar yang luas
ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan
strategi yang baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya.
Ciri-ciri aliran kognitif:
1.
mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2.
mementingkan keseluruhan daripada bagian-bagian
3.
mementingkan peranan kognitif
4.
mementingkan kondisi waktu sekarang
5.
mementingkan pembentukan struktur kognitif
6.
mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
7.
mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
JENIS PENGETAHUAN
MENURUT TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF
Perspektif kognitif membagi jenis
pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
- Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual.
- Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan bagaimana”.
- Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan.
Pengetahuan deklaratif
rentangnya sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya,
bumi berputar mengelingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi
(setiap benda yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya
gravitasi), pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara
menyenangkan) atau aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan
pada pecahan maka pembilang harus disamakan terlebih dahulu).
Menyatakan proses
penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan
deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia
sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan
soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah
contoh kemampuan pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang
mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai
pengetahuan prosedural hal tersebut, dengan kata lain penguasaan pengetahuan
ini juga dicirikan oleh praktek yang dilakukan.
Sedangkan pengetahuan
kondisional adalah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan kedua jenis
pengetahuan di atas. Dalam menyelesaikan persoalan perhitungan kimia misalnya,
siswa harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu
dipakai (pengetahuan deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan
(pengetahuan prosedural). Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal
yang penting dimiliki siswa, karena menentukan penggunaan konsep dan prosedur
yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur
pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan
tempat yang kurang tepat.
Hal yang sangat penting
jadinya untuk mengidentifikasi jenis pengetahuan ini bagi guru ketika mengajar.
Mempelajari informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu menyebabkan
siswa akan menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan
banyak soal pada topik bahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu
prinsip lebih mendalam. Mengetahui sesuatu topik, mengetahui prosedural
penyelesaian masalah serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan
tersebut adalah hasil belajar yang berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu
diajarkan dengan cara yang berbeda pula.
Model Pengolahan Informasi
Untuk menggunakan tiga
jenis pengetahuan di atas, tentunya kita harus dapat mengingatnya dengan baik.
Hal berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah
tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang
bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan
informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang
menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi
tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori
jangka panjang.
Memori
Sensori adalah sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga analisis
persepsi dapat terjadi.
Memori
Kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai sembilan informasi
pada satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama untuk pengolahan informasi
terjadi. Informasi yang dikodekan (decode) serta persepsi tiap
individu akan menentukan apa yang perlu disimpan di memori kerja ini.
Memori
Jangka Panjang menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang
lama. Informasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara verbal dan visual.
Memori
Sensori
Memori sensori adalah
sistem yang bekerja seketika melalui alat indera dinama kita memberikan arti
kepada stimuli yang datang dinamakan persepsi. Arti yang diberikan
berasal dari realitas objektif serta dari pengetahuan kita sebelumnya.
Contohnya, suatu symbol ‘l’ akan dipersepsi sebagai huruf alpabet tertentu
kalau kita menggolongkannya dalam urutan j, k. l, m; namun dalam kesempatan
berbeda seperti l, 2, 3, 4 maka symbol yang sama bermakna angka satu. Memori
sensori akan menangkap stimuli dan mempersepsi, atau memberikan makna; dalam
hal ‘l’ konteks dan pengetahuan kita akan menentukan makna yang akan diberikan,
bagi seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang angka atau huruf, maka
symbol itu kemungkinan tidak bermakna apapun. Misalnya teks yang Anda baca saat
ini akan dipersepsi berbeda oleh orang lain yang tidak mengerti bahasa
Indonesia ataupun yang buta huruf, walaupun matanya melihat deretan simbol yang
sama seperti Anda; ataupun saat kita membaca huruf kanji dari koran berbahasa
Jepang dimana kita tidak punya kemampuan untuk memahaminya. Memori sensori
tidak hanya bekerja untuk simbol saja namun juga dalam hal warna, gerakan,
suara, bau, suhu dan lainnya yang semuanya harus dipersepsi secara simultan.
Namun karena keterbatasan kemampuan, kita hanya dapat memfokuskan pada beberapa
stimuli saja dan mengingkari yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian
sangatlah selektif; dengan kata lain saat perhatian penuh sangat diperlukan,
biasanya stimuli lainnya akan ditolak.
Perhatian adalah tahap
pertama dalam belajar. Siswa tidak dapat memahami apa yang mereka tidak kenali
atau tidak dapat dipersepsi. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi perhatian
siswa. Tampilan atau aksi yang dramatis dapat mencuri perhatian siswa pada awal
pembelajaran. Cara lainnya adalah melalui perlakuan pada kata yang diucapkan
atau ditulis oleh guru dengan warna yang kontras, digaris bawahi atau ditandai;
memangil siswa secara acak, memberikan kejutan siswa, menanyakan hal yang
menantang, memberikan masalah yang dilematis, mengubah metoda mengajar dan
tugas, mengubah frekuensi suara dan jedanya akan dapat membantu menarik
perhatian dari siswa. Namun menarik perhatian siswa adalah hal pertama, membuat
mereka untuk tetap fokus pada pelajaran dan tugasnya juga hal yang kritis
berikutnya harus dilakukan oleh guru.
Memori
Kerja
Saat stimulus
dipersepsi dan diubah menjadi suatu pola gambar atau suara, informasi yang
didapat menjadi tersedia untuk proses selanjutnya. Memori kerja adalah tempat
dimana informasi baru ini berada dan digabungkan dengan pengetahuan yang
berasal dari memori jangka panjang. Kapasitas memori kerja ini sangat terbatas,
dari berbagai eksperimen kapasitas yang dapat disimpan sekitar lima sampai
sembilan hal baru dalam satu waktu. Satu nomor telepon sepanjang tujuh desimal
dapat diingat oleh rata-rata manusia dewasa, namun hal yang berbeda bila
disuruh untuk mengingat dua buah nomor telepon (14 desimal). Kita tidak dapat
memanggil kedua nomor telepon tadi karena terbatasnya kapasitas memori kerja
ini. Hal lainnya dari memori kerja ini adalah waktu yang digunakannya pun hanya
sekitar 5 sampai 20 detik saja. Namun walaupun begitu waktu tersebut sangat
cukup misalnya untuk mengingat dan memahami apa yang anda baca dalam bagian
awal kalimat ini sebelum mencapai akhir kalimat. Tanpa adanya memori kerja,
kita tidak bisa memahami susunan kata dalam satu kalimat dan gabungan antara
kalimat yang berdekatan.
Karena sedikit dan
sempitnya memori ini bekerja, maka jenis memori ini harus terus diaktifkan,
kalau tidak maka informasi yang didapat menjadi hilang. Supaya apa yang diingat
bisa lebih panjang dari 20 detik, kebanyakan orang memakai strategi tertentu
untuk mengingatnya. Cara yang pertama adalah strategi latihan yang terbagi
menjadi pengelolaan dan elaboratif. Latihan pengelolaan dilakukan dengan
pengulangan informasi di pikiran anda. Sepanjang anda terus melakukan
pengulangan informasi, hal itu akan berada di memori kerja. Cara ini dapat
berguna untuk mengingat sesuatu, seperti nomor telepon, yang kemudian untuk
dipergunakan dan setelah itu tidak perlu diingat lagi. Cara latihan elaboratif
adalah dengan menghubungkan sesuatu yang baru dengan apa yang sudah diketahui,
yaitu informasi yang sudah terdapat di memori jangka panjang. Latihan
elaboratif ini tidak hanya meningkatkan memori kerja, tetapi membantu
memindahkan informasi memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Cara kedua
adalah dengan pengelompokkan (chunking) yang dipergunakan untuk
menanggulangi terbatasnya kapasitas memori kerja. Banyaknya bit informasi,
bukannya ukuran setiap bit, adalah sisi keterbatasan memori kerja. Kita dapat
mengingat informasi lebih banyak jika dapat mengelompokkan tiap-tiap bit
menjadi unit yang berarti. Deretan enam angka seperti 1, 5, 1, 8, 2, dan 0 akan
lebih mudah diingat dalam bentuk dua digit (15, 18 dan 20) atau tiga digit
(151, 820). Jika dilakukan cara ini, maka kita cukup perlu mengingat dua atau
tiga informasi saja dalam satu waktu dibanding enam buah.
Memori
Jangka Panjang
Informasi memasuki
memori kerja dengan cepat, namun untuk dapat disimpan di memori jangka panjang
membutuhkan usaha tertentu. Dalam memori jangka panjang inilah berbagai
informasi disimpan dan dihubungkan dalam bentuk gambaran dan skema, suatu pola
struktur data yang membuat kita bisa menggabungkan informasi kompleks yang
sangat besar, membuat kesimpulan dan memahami informasi baru. Bila kapasitas
memori kerja sangat terbatas, namun kapasitas memori jangka panjang dapat
dikatakan hampir tak terbatas. Kebanyakan kita tidak pernah menghitung
kapasitasnya, dan saat satu informasi secara aman sudah disimpan, akan tetap
ada disana dalam waktu yang tak terbatas. Secara teoritis walaupun kita mampu
untuk mengingat sebanyak yang kita mau namun tantangannya justru adalah
memanggilnya yaitu mendapatkan informasi yang tepat sesuai keinginan. Akses
pada informasi membutuhkan waktu dan usaha karena kita harus mencarinya dalam
lautan informasi yang luas dalam memori jangka panjang, dan informasi yang
jarang dipakai biasanya akan makin sulit untuk ditemukan.
Terdapat tiga jenis memori jangka
panjang, yaitu: episodik, prosedural dan semantik. Episodik adalah jenis memori
yang berhubungan dengan informasi pada waktu dan tempat tertentu, khususnya
ingatan yang bersifat pribadi. Memori jenis ini bersifat teratur, contohnya
kita bisa menceritakan detail percakapan, atau jalannya cerita dari satu film.
Memori yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu disebut memori
prosedural. Untuk mempelajari suatu prosedur seperti mengendarai sepeda, namun
setelah dipelajari, pengetahuan ini dapat terus diingat dalam waktu yang lama.
Biasanya makin sering satu prosedur dilakukan, maka makin otomatis reaksi yang
dilakukan. Sedangkan semantik memori adalah memori untuk pemahaman, yaitu
memori untuk konsep, prinsip dan hubungannya; dua hal yang disimpan dalam
semantik memori disebut dengan imaji dan skema. Imaji adalah representasi yang
didasarkan pada persepsi visual terhadap struktur informasi. Pada saat kita
membentuk bayangan tertentu kita mengingat atau mengkreasi kembali
karakteristik fisik dan struktur spasial dari informasi. Imaji dapat berguna
misalnya dalam menyusun keputusan praktis bagaimana menempatkan meja di satu
ruangan atau jalur yang akan di tempuh ke satu lokasi. Sedangkan skema adalah
stuktur pengetahuan abstrak yang mengatur sejumlah besar informasi. Skema
adalah pola atau panduan untuk memahami kejadian, konsep atau keterampilan.
Untuk memanggil dan menambah informasi
di memori jangka panjang, kita dibantu dengan elaborasi, organisasi dan
penggunaan konteks. Elaborasi adalah memberikan arti pada infrormasi baru
dengan menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan kata lain,
kita menerapkan skema yang ada dan melukiskannya pada pengetahuan sebelumnya untuk
membentuk pemahaman yang baru saat kita memperbaiki pengetahuan yang ada.
Terkadang elaborasi terjadi secara otomatis, misalnya saat guru menerima info
baru tentang pengalaman yang sudah dipahaminya, maka dia akan langsung
mengaktifkan pengetahuan yang ada dan memberikan pemahaman yang lebih baik
serta lengkap. Informasi yang dielaborasi ketika pertama dipelajari mudah untuk
dipanggil karena elaborasi adalah bentuk pengaktifan memori kerja yang membuat
informasi terus aktif untuk kemudian disimpan di memori jangka panjang.
Elaborasi juga membangun hubungan tambahan pada pengetahuan yang sudah
dipunyai. Makin banyak informasi dihubungan dengan hal lainnya, makin banyak
peta jalan tersedia untuk diikuti dalam mencari sumber pengetahuan aslinya.
Makin sering seorang individu mengelaborasi ide baru, maka dia akan membuatnya
dengan bahasa dia sendiri yang menyebabkan makin baiknya pemahamannya dia
tentang pengetahuan tersebut. Kita membantu siswa dalam elaborasi dengan
menyuruh mereka menuliskan informasi sesuai dengan kata yang mereka susun
sendiri atau dengan membuat contoh yang relevan. Hal yang sebaliknya bisa
terjadi, saat siswa melakukan elaborasi informasi baru dengan menghubungkannya
ke hal yang tidak tepat dan mengembangkan penjelasan yang rancu, maka
miskonsepsi ini pun akan disimpan dan terus diingat oleh siswa.
Organisasi pengetahuan yang dimiliki juga
meningkatkan belajar. Bahan ajar yang terorganisir dengan baik tentunya akan
lebih mudah dipelajari dibandingkan yang tidak
METODE PEMBELAJARAN KOGNITIF
A. Belajar aktif
Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena
pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan
kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang
memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri,
memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya
sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
B. Belajar lewat interaksi social
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan
terjadinya interaksi di antara subyek belajar. Menurut Piaget belajar bersama
baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih dewasa akan membantu
perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan kognitif akan berkembang
dengan sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan khasanah kognitif anak akan
semakin beragam. Hal ini memperkuat pendapat dari JL. Mursell.
C. Belajar lewat pengalaman sendiri
Dengan menggunakan pengalaman nyata maka
perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada hanya menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun
jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif
seseorang akan cenderung mengarah ke verbalisme.
D. Pengalaman-pengalaman optimal untuk mau
dan dapat belajar
Pembelajaran dari segi siswa adalah pembelajaran
yang membantu siswa dalam hal mencari alternative pemecahan masalah. Dalam
mencari pemecahan masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta cara
pemecahannya dibutuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Artinya
dalam pembelajaran dibutuhkan pengalaman-pengalaman untuk melakukan sesuatu
dengan tujuan mempertahankan pengalaman-pengalaman yang positif. Karena itulah
diperlukan arahan dari guru agar siswa tidak banyak melakukan kesalahan. Maka
guru harus memberikan kesempatan sebaik-baiknya agar siswa memperoleh
pengalaman optimal dalam proses belajar dan meningkatkan kemauan belajar.
E. Perstrukturan pengetahuan untuk
pemahaman optimal
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur
yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak-anak.
F. Perincian urutan penyajian materi
pelajaran
Pendekatan pembelajaran dilakukan dengan siswa
dibimbing melalui urutan masalah, sekumpulan materi pelajaran yang logis dan
sistematis untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima, mengubah dan
mentransfer apa yang telah dipelajari. Urutan materi sangat berpengaruh pada
tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi tersebut. Yang mempengaruhi
dalam urutan optimal suatu materi adalah factor belajar sebelumnya, tingkat
perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
G. Cara pemberian “reinforcement”
Brunner mendukung adanya hadiah dan hukuman dalam
pembelajaran yang digunakan sebagai reinforcement untuk siswa. Sebab Brunner mengakui
bahwa suatu ketika hadiah ekstrinsik bisa berubah menjadi dorongan yang
bersifat intrinsic. Demikian juga pujian dari guru adalah dorongan bersifat
ekstrinsik dan keberhasilan memecahkan masalah menjadi dorongan yang bersifat
intrinsic.
H. Diferensiasi Progresif
Di dalam proses belajar bermakna perlu adanya
pengembangan dan elaborasi konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan
inklusif diperkenalkan lebih dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti
proses pembelajaran dari umum ke khusus.
I. Belajar Superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur
kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah deferensiasi, terjadi sejak
perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif
tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlanjut hingga suatu saat
ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsep-konsep
yang telah dipelajari sebelumnya merupakan unsur-unsur dari suatu konsep yang
lebih luas dan inklusif.
J. Penyesuaian Integratif
Pada suatu saat siswa kemungkinan akan
menghadapi kenyataan bahwa dua atau lebih nama konsep digunakan untuk
menyatakan konsep yang sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu
konsep. Untuk mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausuble juga mengajukan konsep
pembelajaran penyesuaian integrative. Caranya, materi pelajaran disusun
sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual
ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan teratur, khususnya bila
informasi didalamnya juga kompleks. Menempatkan konsep dalam suatu struktur
membantu anda belajar dan mengingat baik untuk definisi umum dan contoh
spesifiknya.
Konteks adalah elemen lainnya dari
proses yang mempengaruhi belajar. Aspek fisik dan emosional dari konteks
dipelajari bersamaan degan informasi lainnya. Ketika anda mencoba mengingat
satu informasi, hal itu akan dibantu jika konteks yang ada mirip dengan dengan
kondisi kita mendapat informasinya. Sehingga mengkondisikan suasana test
sebelum ujian yang sesungguhnya akan berpengaruh memperbaiki kinerja. Tentu
saja kita tidak bisa selalu pergi ke tempat yang sama saat anda mulai memahami
suatu hal, namun kalau anda dapat menggambarkannya secara mental hal tersebut
anda dapat meningkatkan daya ingat anda.
B. PERKEMBANGAN TEORI
KOGNITIF
Kognitif mulai
muncul pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konsepsi manusia
menurut behaviorisme. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk
yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang
selalu berfikir (Homo Sapiens). Paham kognitifisme ini tumbuh akibat
pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme.Banyak ahli telah memberikan pandangan
menganai Teori Kognitif.
Berikut ini teori belajar menurut para tokoh aliran
kognitif:
1)Teori Belajar Menurut Piaget
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.
1)Teori Belajar Menurut Piaget
Jean Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan para ahli-ahli psikologi sebelumnya, Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil.
Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahawa kemampuan kognitif merupakan
sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan
kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif
membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek
dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan
fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek
sosial seperti diri, orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan
objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya,
untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan
perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa
tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun
proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh
pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam
menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam
mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia
punyai.
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau
priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget,
setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat
invariant, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini
terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta
adanya pengorganisasian struktur berfikir.
Untuk menunjukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang
terorganisir Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua
komponen ini berarti bahwa kognisi merupakan sistem yang selalu diorganisir dan
diadaptasi, sehingga memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget
memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme
adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan :
- Refleks-refleks
pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum.
- Scheme mental ;
misalnya scheme of classification, scheme of operation. ( pola tingkah laku
yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati
Jika
schemas / skema / pola yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-hal yang
dirasakan anak dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium (equilibrium),
namu ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan
pola-pola yang ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium)
yaitu kondisi yang tidak menyenangkan.
Sebagai
contoh karena masih terbatasnya skema pada anak-anak : seorang anak yang baru
pertama kali melihat buaya ia menyebutnya sebagai cecak besar, karena ia baru
memiliki konsep cecak yang sering dilihat dirumahnya. Ia memiliki konsep cecak
dalam skemanya dan ketika ia melihat buaya untuk pertama kalinya, konsep
cecaklah yang paling dekat dengan stimulus. Peristiwa ini pun bisa terjadi pada
orang dewasa. Hal ini terjadi karena kurangnya perbendaharaan kata atau dalam
kehidupan sehari-harinya konsep tersebut jarang ditemui. Misalnya : seringkali
orang menyebut kuda laut itu sebagai singa laut, padahal kedua binatang itu
jauh berbeda cara hidupnya, lingkungan kehidupan, maupun bentuk tubuhnya dengan
kuda ataupun singa. Asosiasi tersebut hanya berdasarkan sebagian bentuk
tubuhnya yang hampir sama.
Perkembangan
skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya.
Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak.
Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran dan tingkat
intelegensi anak itu.
Menurut
Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
1.
Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas
2.
Isi ; disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik
tatkala individu
3.
Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang
mencapai kemajuan intelektul.
Fungsi itu
sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi.
- Organisasi
; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis
dalam bentuk system-sistem yang koheren.
- Adaptasi
; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya. Skema (struktur
kognitif) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai
pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan,
perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu
kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Piaget
untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam
proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua
proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1.
Asimilasi dari sudut biologi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal
(dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi
kognitif meliputi objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal.
Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu
mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya, kemudian
informasi-informasi tersebut dikelompokan kedalam istilah-istilah yang
sebelumnya telah mereka ketahui.
2.
Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau
menggabung-gabungakn istilah lama untuk menghadapin tantangan baru. Akomodasi
kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya
untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal. Jadi kalau pada asimilasi
terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi perubahan terjadi pada
subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaiakan diri denagn objek yang ada diluar
dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami
perubahan suapaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan objeknya.
Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin
mengadakan penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai
keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan
(asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Agar
terjadi ekuilibrasi antara individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa
asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan
komplementer.
Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan
antara asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat
mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang
dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan dari
keseimbangan yang dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya.
Dengan
penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang bagaimana terjadinya pertumbuhan
dan perkembangan intelektual.
Pertumbuhan intelektual
terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya equilibrium –
disequilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya equilibrium, individu
akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi. Piaget
adalah tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf. Semakin bertambah umur pebelajar, semakin kompleks
susunan sel syarafnya dan makin meningkat kemampuannya (Asri, 2005:35). Proses
peningkatan kemampuan tersebut melalui proses yang disebut adaptasi. Proses
adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara stimulan, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Tahap asimilasi adalah proses penerimaan informasi baru dan kemudian
disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah ada dalam diri masing-masing pembelajar.
Proses
akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif yang sudah dimiliki
dengan informasi yang diterima. Proses asimilasi dan akomodasi akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau
dialaminya sekarang. Proses ketidakseimbangan ini harus disesuaikan melalui
proses ekuilibrasi. Proses ekuilibrasi ini merupakan proses yang
berkesinambungan antara proses similasi dan akomodasi. Proses ini akan menjaga
stabilitas mental dalam diri pebelajar dan pebelajar akan dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya.
Perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut melalui tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hirarkhis. Seseorang harus melalui urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu (Asri, 2005 :37)
a.Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana seperti:
- mencari rangsangan melalui sinar lampu
- suka memperhatikan sesuatu lebih lama
- memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek. Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang sudah abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas.
c. Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Anak telah memiliki kecapakan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi obyek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Dalam tahap ini, anak tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan” dalam melakukan kegiatan.
d. Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Anak mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang, akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif murid-muridnya agar dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai.
2) Teori Belajar menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang di sebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner berpendapat bahwa perkembangan bahasa seseorang besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Pandangan Bruner ini berbeda dengan pendapat Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh perkembangan kognitif
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:
a. Tahap enaktif, yaitu seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan.
b. Tahap ikonik, seseorang memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal.
c. Tahap simbolik, seseorang mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang dipengaruhi oelh kemampuan dalam berbahasa dan logika.
Gagasan yang terkenal dari Bruner adalah spiral curriculum, yaitu cara mengorganisasikan materi pelajaran dari tingkat makro (secara umum) kemudian mulai mengajarkan materi yang sama dengan cakupan yang lebih rinci. Selain itu juga, Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan yang berbeda. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep tindakan dilakukan untuk membentuk kategori-kategori baru. Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki lima unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi :
a. Nama
b. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif
c. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak
d. Rentangan karakteristik
e. Kaidah
Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
3) Teori Belajar menurut Ausubel
Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
Advance organizers yang oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, maka advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.
4) Teori Belajar menurut Gagné
Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful, 2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang memberi stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.
Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:
a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.
b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum.
Gagné mengemukakan pendapat mengenai delapan tipe belajar dari yang paling sederhana sampai paling kompleks yang disebut dengan Hirarkhi Belajar. Delapan tipe tersebut adalah :
a. Signal learning
Signal learning merupakan tipe belajar dalam bentuk pemberian respon terhadap tanda-tanda.
b. Stimulus response learning
Dalam tipe ini respon diperkuat dengan adanya imbalan. Dengan belajar tipe ini, seseorang belajar mengucapkan kata-kata dan dalam bahasa asing.
c. Chaining learning
Chaining learning terjadi jika terbentuk hubungan antara beberapa stimulus-respon. Sebab yang satu terjadi setelah yang satu lagi. Sebagai contohnya adalah setelah pulang kantor, ganti baju, makan, dan sebagainya.
d. Verbal association
Tipe ini bersifat asosiatif tingkat tinggi karena fungsi nalar yang menentukan. Sebagai contohnya bila anak melihat gambar bentuk bujur sangkar dan dia bisa mengatakan bahwa gambar tersebut adalah bujur sangkar.
e. Discrimination learning
Tipe ini menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala seperti siswa bisa membedakan manusia satu dengan yang lain.
f. Concept learning
Belajar konsep adalah corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pada berbagai objek. Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan manusia menurut hubungan kekeluargaan, dll.
g. Rule learning
Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam macam-macam aturan. Misalnya, aturan seperti logam jika dipanaskan akan memuai, angin berhembus dari daerah maksimum ke daerah minimum.
h. Problem solving
Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks. Dalam tipe belajar ini diperlukan proses penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama.
5) Teori Belajar menurut Gestalt
Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama Thordike, yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori Gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dengan kata lain, teori Gestalt ini menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh tersebut. Oleh karena itu, teori belajar Gestalt ini disebut teori insight.
Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990) :
a) Insight tergantung pada kemampuan dasar.
b) Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan.
c) Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
d) Insight didahului dengan periode mencari dan mecoba-coba.
e) Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara berlangsung.
f) Jika insight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat dipecahkan.
Konsepsi dasar mengenai struktur kognitif inilah yang dijadikan landasan teoritik dalam mengembangkan teori-teori pembelajaran. Dari kelima tokoh aliran kognitif tersebut, beberapa pemikiran ke arah penataan isi bidang studi atau materi pelajaran sebagai strategi pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif, dikemukakan secara singkat sebagai berikut (Degeng dalam Asri, 2005:46):
a) Hirarkhi belajar
Dalam hirarkhi belajar, Gagné menekankan pada aspek penataan urutan materi pelajaran dengan prasyarat belajar yang dituangkan dalam struktur isi.
b) Analisis Tugas
Cara lain yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang studi adalah information-processing approach to task analysis. Hubungan ini memerikan urutan dalam menampilkan tugas-tugas belajar.
c) Subsumptive sequence
Ausubel mengemukakan gagasan mengenai cara membuat urutan isi pengajaran yang dapat menjadikan pengajaran lebih bermakna bagi yang belajar, dengan mengurutkan materi dari umum ke rinci.
d) Kurikulum spiral
Bruner memberikan gagasan mengenai kurikulum spiral yang menyusun urutan pengajaran dari umum, kemudian mengajarkan isi yang sama dengan cakupan lebih rinci.
e) Teori skema
Teori ini memandang proses belajar sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri seseorang dengan cara mengkaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah ada.
f) Webteaching
Webteaching merupakan suatu prosedur penataan urutan isi bidang studi yang dikembangkan dengan menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan yang telah dimiliki seseorang. Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap harus diintegrasikan dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
g) Teori Elaborasi
Teori ini mengintegrasikan sejumlah pengetahuan tentang strategi penataan isi pelajaran yang sudah ada untuk menciptakan model yang komprehensif tentang cara mengorganisasi pengajaran.
Perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut melalui tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hirarkhis. Seseorang harus melalui urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu (Asri, 2005 :37)
a.Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana seperti:
- mencari rangsangan melalui sinar lampu
- suka memperhatikan sesuatu lebih lama
- memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek. Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang sudah abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas.
c. Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Anak telah memiliki kecapakan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi obyek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Dalam tahap ini, anak tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan” dalam melakukan kegiatan.
d. Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Anak mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang, akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif murid-muridnya agar dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai.
2) Teori Belajar menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang di sebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner berpendapat bahwa perkembangan bahasa seseorang besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Pandangan Bruner ini berbeda dengan pendapat Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh perkembangan kognitif
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:
a. Tahap enaktif, yaitu seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan.
b. Tahap ikonik, seseorang memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal.
c. Tahap simbolik, seseorang mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang dipengaruhi oelh kemampuan dalam berbahasa dan logika.
Gagasan yang terkenal dari Bruner adalah spiral curriculum, yaitu cara mengorganisasikan materi pelajaran dari tingkat makro (secara umum) kemudian mulai mengajarkan materi yang sama dengan cakupan yang lebih rinci. Selain itu juga, Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan yang berbeda. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep tindakan dilakukan untuk membentuk kategori-kategori baru. Bruner memandang bahwa suatu konsep memiliki lima unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi :
a. Nama
b. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif
c. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak
d. Rentangan karakteristik
e. Kaidah
Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
3) Teori Belajar menurut Ausubel
Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
Advance organizers yang oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, maka advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.
4) Teori Belajar menurut Gagné
Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful, 2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang memberi stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.
Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:
a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.
b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum.
Gagné mengemukakan pendapat mengenai delapan tipe belajar dari yang paling sederhana sampai paling kompleks yang disebut dengan Hirarkhi Belajar. Delapan tipe tersebut adalah :
a. Signal learning
Signal learning merupakan tipe belajar dalam bentuk pemberian respon terhadap tanda-tanda.
b. Stimulus response learning
Dalam tipe ini respon diperkuat dengan adanya imbalan. Dengan belajar tipe ini, seseorang belajar mengucapkan kata-kata dan dalam bahasa asing.
c. Chaining learning
Chaining learning terjadi jika terbentuk hubungan antara beberapa stimulus-respon. Sebab yang satu terjadi setelah yang satu lagi. Sebagai contohnya adalah setelah pulang kantor, ganti baju, makan, dan sebagainya.
d. Verbal association
Tipe ini bersifat asosiatif tingkat tinggi karena fungsi nalar yang menentukan. Sebagai contohnya bila anak melihat gambar bentuk bujur sangkar dan dia bisa mengatakan bahwa gambar tersebut adalah bujur sangkar.
e. Discrimination learning
Tipe ini menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala seperti siswa bisa membedakan manusia satu dengan yang lain.
f. Concept learning
Belajar konsep adalah corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pada berbagai objek. Dengan menguasai konsep, ia dapat menggolongkan manusia menurut hubungan kekeluargaan, dll.
g. Rule learning
Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam macam-macam aturan. Misalnya, aturan seperti logam jika dipanaskan akan memuai, angin berhembus dari daerah maksimum ke daerah minimum.
h. Problem solving
Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks. Dalam tipe belajar ini diperlukan proses penalaran yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama.
5) Teori Belajar menurut Gestalt
Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama Thordike, yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori Gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dengan kata lain, teori Gestalt ini menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh tersebut. Oleh karena itu, teori belajar Gestalt ini disebut teori insight.
Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990) :
a) Insight tergantung pada kemampuan dasar.
b) Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan.
c) Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
d) Insight didahului dengan periode mencari dan mecoba-coba.
e) Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku secara berlangsung.
f) Jika insight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat dipecahkan.
Konsepsi dasar mengenai struktur kognitif inilah yang dijadikan landasan teoritik dalam mengembangkan teori-teori pembelajaran. Dari kelima tokoh aliran kognitif tersebut, beberapa pemikiran ke arah penataan isi bidang studi atau materi pelajaran sebagai strategi pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif, dikemukakan secara singkat sebagai berikut (Degeng dalam Asri, 2005:46):
a) Hirarkhi belajar
Dalam hirarkhi belajar, Gagné menekankan pada aspek penataan urutan materi pelajaran dengan prasyarat belajar yang dituangkan dalam struktur isi.
b) Analisis Tugas
Cara lain yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang studi adalah information-processing approach to task analysis. Hubungan ini memerikan urutan dalam menampilkan tugas-tugas belajar.
c) Subsumptive sequence
Ausubel mengemukakan gagasan mengenai cara membuat urutan isi pengajaran yang dapat menjadikan pengajaran lebih bermakna bagi yang belajar, dengan mengurutkan materi dari umum ke rinci.
d) Kurikulum spiral
Bruner memberikan gagasan mengenai kurikulum spiral yang menyusun urutan pengajaran dari umum, kemudian mengajarkan isi yang sama dengan cakupan lebih rinci.
e) Teori skema
Teori ini memandang proses belajar sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri seseorang dengan cara mengkaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah ada.
f) Webteaching
Webteaching merupakan suatu prosedur penataan urutan isi bidang studi yang dikembangkan dengan menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan yang telah dimiliki seseorang. Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap harus diintegrasikan dengan struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
g) Teori Elaborasi
Teori ini mengintegrasikan sejumlah pengetahuan tentang strategi penataan isi pelajaran yang sudah ada untuk menciptakan model yang komprehensif tentang cara mengorganisasi pengajaran.
C.
APLIKASI TEORI KOGNITIF
Aplikasi
Teori Belajar Kognitif dan Pemprosesan Informasi dalam Desain Pesan
Pembelajaran.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik sebagaimana pada teori behavioristik namun dengan memperhitungkan kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Karakteristik dari proses belajar ini adalah:
a. Belajar merupakan proses pembentukan makna berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki melalui interaksi secara langsung dengan obyek.
b. Belajar merupakan proses pengembangan pemahaman dengan membuat pemahaman baru.
c. Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus menyesuaikan obyek dengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
d. Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan dalam situasi obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan anak.
e. Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak.
f. Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.
g. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta anak untuk mengklasifikasi, menganalisa, memprediksi.
h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran.
i. Guru memberi kesempatan berpikir setelah memberi pertanyaan.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik sebagaimana pada teori behavioristik namun dengan memperhitungkan kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Karakteristik dari proses belajar ini adalah:
a. Belajar merupakan proses pembentukan makna berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki melalui interaksi secara langsung dengan obyek.
b. Belajar merupakan proses pengembangan pemahaman dengan membuat pemahaman baru.
c. Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus menyesuaikan obyek dengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
d. Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan dalam situasi obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan anak.
e. Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak.
f. Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.
g. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta anak untuk mengklasifikasi, menganalisa, memprediksi.
h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran.
i. Guru memberi kesempatan berpikir setelah memberi pertanyaan.
Belajar akan lebih
berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan
obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkunganPengaplikasiannya
di dalam belajar : perkembangan kognitif
bergantung pada akomodasi. Kepada individu diberikan suatu area yang belum
diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tak dapat belajar dari apa yang
telah diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantungkan diri pada asimilasi.
Dengan adanya area baru ini individu akan mengadakan usaha untuk dapat
mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan
kognitif.
Secara
terinci dibawah ini adalah penerapan teori Piaget terhadap pendidikan di kelas
:
1.
Karena cara berpikir anak itu berbeda-beda dan kurang logis di banding dengan
orang dewasa, maka guru harus dapat mengerti cara berpikir anak, bukan sebaliknya
anak yang beradaptasi dengan guru.
2.
Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Arrtinya disini adalah
agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak
meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang
dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah
sendiri.
3.
Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika
anak-anak mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh
sebab itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang
salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang
salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
4.
Guru dapat menemukan menemukan dan menetapkan tujun pembelajaran
materi pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu.
5. Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu
anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
6.
Bahan yang harus dipelajari
anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
7.
Berikan peluang agar anak
belajar sesuai tahap perkembangannya.Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi
peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya
Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function.
Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya
berubah / berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan
suatu rangkaian perkembangan ; masing-masing . mempunyai struktur psikologi
khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan
intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat
perkembangan khusus.
.
D. KRITIK TERHADAP TEORI PIAGET
Kebanyakan
ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran
anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika
anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga
peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia
ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
- Pada sebuah
studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu
memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia
yang diyakini oleh Piaget.
- Studi lain yang
mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang
objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos (1991) ;
104 anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan
berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget,
termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai
tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan
Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu
meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan
anak-anak yang lebih tua
- dan belum lama ini, Bradmetz (1999)
menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa
kanak-kanak.
- Inilah
yang menjadi pertentangan dan kritikan diantara para ahli psikologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar