DUALISME SIFAT CAHAYA
Ada dua Ahli yang menerangkan tentang
cahaya:
1.
Huygens :
Cahaya sebagai gelombang
Ditinjau
dari segi gelombang, CAHAYA merupakan radiasi elektromagnetik karena terdiri
dari medan listrik dan medan magnet. Kedua medan tersebut berosilasi saling
tegak lurus dan keduanya tegak lurus terhadap propagasi (rambatan)
![]() |
E = Medan Listrik H = Medan Magnet
Teori Cahaya sebagai Gelombang dapat
menerangkan beberapa gejala :
a.
Interferensi Cahaya :
Perpaduan dua gelombang atau lebih.
Ada yang sifatnya konstruktif (saling menguatkan ; frekwensi dan fasenya sama),
dan destruktif (saling menghilangkan ; frekwensi sama tapi fasenya berbeda)
Interferensi Konstruktif
![]() |
Interferensi Destruktif
![]() |
b.
Difraksi Cahaya :
Dapat terjadi jika gelombang bertemu
dengan penghalang yang berupa celah sempit dimana titik – titik pada celah
dapat berfungsi sebagai sumber gelombang baru yang akan meneruskan gelombang
baru yang diteruskan ke segala arah yang bentuknya melengkung.
c.
Refraksi Cahaya : pembiasan gelombang
2.
Newton :
Cahaya sebagai partikel
Teori
Cahaya sebagai Partikel dapat menerangkan beberapa gejala :
a.
Radiasi benda hitam
Benda hitam : benda yang dapat
menyerap / mengemisikan secara sempurna semua gelombang cahaya. (suatu benda
jika benda tersebut dipanaskan akan memancarkan radiasi dan kemampuannya
memancarkan radiasi hampir sama dengan kemampuannya menyerap radiasi).
Radiasi yang diemisikan oleh benda
hitam disebut RADIASI BENDA HITAM
Spektrum radiasi benda hitam mula –
mula dijelaskan oleh :
1.
Wilhelm Wien
Menerangkan berdasarkan termodinamika
klasik dan menurunkan persamaan berikut :

Eλdλ =
ukuran energi yang diradiasi antara panjang gelombang λ
dan λ +
dλ, λ =
panjang gelombang, T = suhu mutlak, C1 dan C2 = tetapan.
Persamaan ini sesuai untuk nilai λT
yang kecil, tetapi tak berlaku untuk λ yang
panjang.
![]() |

2.
Rayleigh – Jeans
Mengemukakan persamaan :

Persamaan ini cocok untuk percobaan
pada panjang gelombang panjang (frekwensi kecil), tetapi kurang memenuhi untuk λ
pendek (frekwensi besar) karena bersesuaian dengan daerah ultra ungu dari
spektrum warna akibatnya energi pada keadaan tersebut menjadi tak terhingga
karna laju energi radiasi bertambah. Keadaan inilah yang memungkinkan
terjadinya bencana ultra violet
3.
Max Planck
Karena teori pengamatan eksperimental
tidak sesuai (terutama pada panjang gelombang pendek, adanya bencana ultra
violet) kemudian Max Planck kemudian mencoba untuk mencari persamaan empirik
yang sesuai dengan hasil eksperimen.
Persamaannya :

Ternyata persamaan ini berubah menjadi
persamaan WIEN untuk λT kecil dan berubah
menjadi persamaan RAYLEIGH – JEANS untuk nilai λT
besar.
Planck mendasarkan teorinya atas dasar
hukumnya yang terkenal yaitu :

h = tetapan Planck = 6,2554 x 10-34
J.dt

Teori Planck pada dasarnya
menggabungkan teori gelombang cahaya dari Huygens dan teori partikel cahaya
dari Newton.
Asumsi :
Rayleigh – jeans : bahwa osilator
listrik yang berhubungan dengan radiasi elektromagnetik dapat mempunyai energi
antara nol dan tak hingga.
Planck : bahwa energi osilator
tersebut tak bervariasi secara kontinu, melainkan mempunyai energi tertentu
yang disebut kuanta (terkuantisasikan) dengan nilai :
,
, …
, dengan
sebagai frekwensi, n = bilangan bulat dan h =
tetapan Planck.




Jadi setiap perubahan energi dari sistem
osilasi hanya dapat berupa besaran
atau kelipatannya.

Dengan demikian persamaan yang
diungkapkan oleh Planck akan menjadi :

b.
Efek foto listrik
Merupakan peristiwa lepasnya electron
dari permukaan suatu logam ketika logam tersebut dikenai radiasi.
Electron yang lepas setelah dikenai
radiasi disebut foto electron.
Sifat khas efek fotonlistrik :
1.
Jumlah electron yang dilepaskan tidak
bergantung pada intensitas cahaya yang mengenai logam tetapi akan sebanding
dengan frekwensi radiasi yang masuk.
2.
Energi kinetik maksimum yang dimiliki
electron
=
½ mv2 = tetapan (υ – υo)
m = massa, v = kecepatan electron, υ =
frekwensi, υo = frekwensi kritis
(ambang)
3.
Agar cahaya yang mengenai permukaan logam
dapat menimbulkan efek foto listrik, cahaya tersebut harus mempunyai frekwensi
yang lebih besar atau sama dengan frekwensi tertentu yang dikenal sebagai
frekwensi ambang.
Catatan : cahaya dengan frekwensi yang
lebih kecil dari frekwensi ambang tidak dapat menimbulkan efek foto listrik
walaupun intensitas cahaya ditingkatkan ataupun logam disinari dalam waktu yang
lama.
Efek
foto listrik dapat diterangkan berdasarkan teori planck :
Cahaya
yang masuk tidak dianggap sebagai radiasi dengan frekwensi υ,
melainkan sebagai arus partikel cahaya yang disebut foton. Masing – masing
foton mempunyai energi, hυ, dan foton memberikan
energinya ke electron dalam logam. Sebagian dari energi tersebut digunakan
untuk melepaskan electron dari permukaan logam dan sebagian lagi sisanya timbul
sebagai energi kinetic dari foto electron.
Jadi : h υ =
W + ½ mv2
Kalau digabung persamaan
E
= ½ mv2 = tetapan (υ – υo) (a)
dan
h
υ =
W + ½ mv2 (b)
sehingga
:
½ mv2 = h υ –
W = h (υ –
υo)
W = energi yang diperlukan untuk melepaskan electron
dari permukaan logam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar