PERCOBAAN 8
PEMURNIAN BAHAN MELALUI
KRISTALISASI
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari
salah satu metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada garam
dapur.
II. DASAR TEORI
2.1
Kristalisasi
Merupakan suatu metode untuk pemurnian zat
dengan pelarut dan dilanjutkan dengan pengendapan. Dalam kristalisasi senyawa
organik dipengaruhi oleh pelarut. Pelarut kristalisasi merupakan pelarut dibawa
oleh zat terlarut yang membentuk padatan dan tergantung dalam struktur kristal
– kristal zat terlarut tersebut.
(Oxtoby, 2001)
2.2 Rekristalisasi
Merupakan suatu pembentukan kristal kembali
dari larutan atau leburan dari material yang ada.
Sebenarnya rekristalisasi hanyalah
sebuah proses lanjut dari kristalisasi. Apabila kristalisasi (dalam hal ini
hasil kristalisasi) memuaskan rekristalisasi hanya bekerja apabila digunakan
pada pelarut pada suhu kamar, namun dapat lebih larut pada suhu yang lebih
tinggi. Hal ini bertujuan supaya zat tidak murni dapat menerobos kertas saring
dan yang tertinggal hanyalah kristal murni.
(Fessenden, 1983)
2.3 Langkah – langkah Rekristalisasi
1.
Melarutkan zat pada
pelarut
2.
Melakukan filtrasi
gravity
3.
Mengambil kristal zat
terlarut
4.
Mengumpulkan kristal
dengan filtrasi vacum
5.
Mengeringkan kristal
(Fessenden, 1983)
2.4.
Cara
Memilih Pelarut yang Cocok untuk Proses Rekristalisasi adalah :
a. Pelarut
yang dipilih sebaiknya hanya melarutkan zat – zat yang akan dimurnikan dalam keadaan panas, sedangkan
pengotornya tidak larut dalam
pelarut tersebut.
b.
Pelarut yang digunakan sebaiknya
memiliki titik didih rendah agar dapat mempermudah pengeringan kristal.
c. Pelarut
yang digunakan harus inert, tidak bereaksi dengan zat yang akan
dimurnikan.
(Cahyono, 1998)
2.5.
Proses Kristalisasi
a. Pendinginan
Larutan yang
akan dikristalkan didinginkan sampai terbentuk kristal pada larutan tersebut.
Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutan mengecil bila suhu diturunkan. Pendinginan
dilakukan 2x yaitu pendinginan larutan panas sebelum penyaringan dan pendinginan sesudah penguapan.
b. Penguapan Solvent
Larutan yang
dikristalkan merupakan senyawa campuran antara solven dan solut. Setelah
dipanaskan maka solven menguap dan yang tertinggal hanya kristal. Metode ini
digunakan bila penurunan suhu tidak begitu mempengaruhi kelarutan zat pada
pelarutnya. Penguapan
bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalizir solvent atau zat pelarut sisa
yang terdapat pada filtrat.
c. Evaporasi Adiabatis
Metode ini
digunakan dalam ruang vakum, larutan dipanaskan, dimasukkan dalam tempat
vakumyang mana tekanan total lebih rendah dari tekanan uap solvennya. Pada suhu
saat larutan dimasukkan ke ruang vakum solven akan menguap dengan cepat dan
penguaapan itu akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis.
d. Salting Out
Prinsipnya
adalah menambah suatu zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan.
Pengeluaran garam dari larutan dengan zat baru ke dalam larutan bertujuan
menurunkan daya larut solven terhadap suhu pada pengatur tersebut. Peningkatan
harga k, jika kedalam suatu larutan ditambah dengan zat elektrolit.
(Cahyono, 1998)
2.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi kristal
a.
Laju pembentukan inti (nukleous)
Laju pembentukan inti dinyatakan
dengan jumlah inti yang terbentuk dalamsatuan waktu. Jika laju pembentukan inti
tinggi, maka banyak sekali kristal yang terbentuk, tetapi tak satupun akan
tumbuh menjadi besar, jadi yang terbentuk berupa partikel-partikel koloid.
b. Laju
pertumbuhan kristal
Merupakan faktor lain yang
mempengaruhi ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika
laju tinggi kristal yang besar akan terbentuk, laju pertumbuhan kristal juga
dipengaruhi derajat lewat jenuh.
(Donald,
1980)
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembentukan Kristal
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal adalah :
Ø Derajat
lewat jenuh.
Ø Jumlah
inti yang ada, atau luas permukaan total dari kristal yang ada.
Ø Pergerakan
antara larutan dan kristal.
Ø Viskositas
larutan.
Ø Jenis
serta banyaknya pengotor.
(Handojo, 1995)
2.8 Struktur Morfologi dan Kemurnian Endapan
Pengendapan bisa dilakukan untuk pemisahan ,
untuk melakukan pemisahan ini suatu reagansia yang sesuai ditambahkan, yang membentuk
endapan dengan hanya satu atau beerapa ion yang ada dalam larutan, kemudian
endapan dapat disaring dan dicuci, tergantung sebagian besar pada struktur
morfologi endapan yaitu bentuk dan
ukuran kristal. Bentuk kristal struktur yang sederhana seperti kubus,
oktahedron, atau jarum-jarum. Sangat menguntungkan karena mudah dicuci setelah
disaring.
(Vogel,
1985)
2.9 Kelarutan
Endapan
Endapan adalah zat yang memisahkan
diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan endapan berupa kristal atau
koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaring atau sentrifug.
Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan
konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai
kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu,
dan komposisi pelarutnya.
(Vogel,
1985)
2.10
Larutan Jenuh
Spesifikasi larutan jenuh adalah
larutan yang titik bekunya tidak mengganggu. Kejenuhan membuat kristalisasi
sangat efektif dengan penyaringan dan pemisahan.
(Fischer,
1957)
Larutan jenuh adalah larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah yang sudah ditentukan untuk adanya
kesetimbangan antara zat terlarut dan zat-zat yang tidak terlarut.
(Keenan,
1990)
2.11 Sifat Kristal Ion NaCl
Kristal garam dapur terbentuk
kubus, karena NaCl mengkristal dengan kisi kubus. Ionnya terletak pada tapak
kisi yang ada diantara sesama terutama bersifat elektrostatik, karena gaya
elektrostatiknya kuat maka kristal NaCl memiliki energi yang besar. Kristal
NaCl relatif keras, bila terkena pukulan cenderung berantakan, sebab
bidang-bidang ion selalu
bergeser,
bergerak dari keadaan tarik-menarik menjadi tolak-menolak.
(Brady,
1994)
2.12 Pengaruh Penurunan Suhu pada Proses Terjadinya Kristal
a.
Bila penurunan suhu berjalan dengan cepat maka
kecepatan tumbuh inti kristal lebih cepat daripada kecepatan pertumbuhan
kristal sehingga kristal yang diperoleh kecil, rapuh, dan banyak.
b.
Bila penurunan
suhu dilakukan secara perlahan, maka kecepatan pertumbuhan kristal lebih cepat
daripada kecepatan pertumbuhan inti kristal sehingga kristal yang dibebaskan
besar-besar, liat, dan elastis
(Austin,1986)
2.13 Ko
Presipitasi
Bila suatu
endapan memisah dari lariutan, keadaanya tidak selalu sempurna murni, dapat
mengandung bermacam-macam zat pencemar, tergantung dari sifat-sifat endapan dan
kondisi pengendapan. Pencemaran endapan oleh zat-zat yang secara normal larut
dalam larutan induk,dinamakan pengendapan ikut (Ko-Presipitasi). Ada dua yang penting yang menyebabkan terjadinya
ko-presipitasi yaitu adsorbsi partikel-partikel asing pada permukaan kristal
yang sedang tumbuh dan okulasi partikel-partikel asing sewaktu proses
pertumbuhan kristal.
(Vogel,1990)
2.14 Post
–Presipitasi
Beberapa endapan
diendapkan dengan perlahan-lahan dan larutan berada dalam keadaaan lewat jenuh
untuk waktu yang sangat lama. Ketika kalsium oksalat diendapkan ditengah-tengah
ion magnesium dalam jumlah yang lebih banyak, endpan pada mulanya praktis murni,
tetapi jika dibiarkan tetap bersentuhan dengan larutan, magnesium oksalat
pelan-pelan terbentuk (dan adanya endapan kalsium oksalat cenderung mempercepat
proses ini). Jadi, endapan kalsium oksalat menjadi tercemar karena post-presipitasi magnesium oksalat.
(Vogel,1990)
2.15 Hasil
Kali Kelarutan (Ksp)
Larutan jenuh
suatu garam yang juga memgandung garam tersebut yang tak larut dengan
berlebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan terhadap hukum kegiatan massa
dapat diberlakukan. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam
kesetimbangan dengan larutan jenuh, maka:
AgCl
Ag+ +
Cl-

Ini merupakan kesetimbangan
heterogen karena AgCl ada dalam fase padat, sedangkan ion Ag+ dan Cl-
ada dalam fase terlarut. Tetapan kesetimbangannya,

Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tak berubah
dan dimasukkan dalam tetapan baru, Ks yang dinamakan hasil kali kelarutan:
Ks = [Ag+][Cl-]
Jadi, hasil kali kelarutan
ion perak dan klorida adalah konstan.
(Vogel,1990)
2.16 Pemurnian
dengan Rekristalisasi
Rekristalisasi
merupakan metode pemurnian suatu kristal dari pengotor-pengotornya. Campuran
senyawa yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut tang bersesuaian dalam
temperatur yang dekat dengan titik didihnya. Selanjutnya untuk memishkan pengotor
atau zat lain dari zat yang diinginkan dilakukan penyaringan sampai terbentuk
kristal.
(Cahyono,1991)
2.17 An approach to
prevent aggregation during the puriWcation and
crystallization
of wild type acyl coenzyme A: Isopenicillin N acyltransferase
from Penicillium chrysogenum
Asil koenzim A: isopenicillin N
asiltransferase (AT) dari Penicillium chrysogenum adalah enzim yang menarik
untuk biosintesis of-l acta antibiotik. Agregasi parah masalah dengan wild type memiliki
AT Namun, ini tidak bisa mencegah kemajuan dalam structureâ €" analisis
fungsi enzim ini selama satu dekade.
Dalam studi ini, kami menampilkan suatu pendekatan untuk menyelesaikan masalah
agregasi ini dengan menggunakan hamburan cahaya dinamis (DLS) analisis untuk
menyelidiki keadaan agregasi protein
dalam kehadiran berbagai aditif. Setelah tahap pertama kation rekombinan wild type AT dengan
C-terminal-tag-Nya menggunakan Ni2+ chelate kromatografi, penambahan
kombinasi dari 5mm DTT, 250mm NaCl, dan 5mm agregasi EDTA yang menuju ke AT dicegah
secara efektif. Di hadapan aditif ini,
yang mendukung AT DLS menunjukkan distribusi ukuran yang sempit menunjukkan
solusi homogen dan protein adanya agregasi. Kemurnian dan mono-jenis liar dispersity AT adalah suycient untuk
pertumbuhan kristal kualitas tinggi
(Yoshida, 2005)
2.18 Analisa bahan
a. NaCl
o Berat
Molekul : 518,45 g/mol
o Densitas
: 2,17 g/cm3
o Titik
lebur : 804 0C
o Larut
dalam air, kristal putih, berbentuk kubus.
(Basri, 2003)
b. CaO
o Berat molekul : 56,08 g/mol
o Titik didih : 2850 0C
o Densitas : 3,37 g/cm3
o Titik leleh : 2572 0C
o Bentuk kristal putih,
dapat menyerap CO2 dan H2O, dapat bereaksi dengan CO2
membentuk CaCO3 .
(Pudjaatmaka, 2002)
c. HCl
o Berat molekul : 36,47 g/mol
o Densitas : 1,268 g/cm3
o Titik leleh : -119,29 0C
o Titik didih : 114,61 0C
o Berbau khas, tidak
berwarna, korosif, asam kuat.
(Basri,
2003)
d. H2SO4
o Berat
molekul : 98,08 g/mol
o Titik
didih : 190 0C
o Tidak
berbau, higroskopis, korosif, asam kuat, tidak berwarna.
(Daintith, 1990)
e. H2O
o Berat molekul : 18 g/mol
o Densitas : 1,08 g/cm3
o Titik beku : 0 0C
o Titik didih : 100 0C
o Polar, sebagai pelarut
universal.
(Basri,
2003)
f.
Ba(OH)2 encer
o Berat molekul : 171,28
g/mol
o Densitas : 3,743 g/cm3
o Titik leleh : 78 0C
o Korosif, basa kuat,
dalam padatan berupa kristal putih dan transparan.
(Basri,
2003)
g. (NH4)2CO3
o Padatan
kristal dan berwarna putih,
o Monohidrat
o Larut dalam air dingin
o Digunakan sebagai
pewarna dalam pembuatan wol serta dalam soda kue.
(Arsyad,
2001)
III.
METODE PERCOBAAN
3.1
Alat dan bahan
3.1.1 Alat
a. Timbangan
b. Gelas beker
c. Pemanas listrik
d. Pengaduk
e. Corong
f. Kertas saring
g. Kertas pH
3.1.2 Bahan
a. Kristal
garam dapur pasaran
b. CaO
c. Ba(OH)2
encer
d. (NH4)2CO3
e. HCl
f. H2SO4
g. H2O
3.2
Gambar alat


Corong Gelas Beaker


Timbangan Kompor Listrik
![]() |
Pengaduk
3.3
Skema kerja
3.3.1 Perlakuan
Awal
62,5
mL H2O
|
Gelas
Beker
|

Pemanasan sampai mendidih
Penambahan 20 g NaCl pasaran
Pengadukan
Pemanasan sampai mendidih
Penyaringan
![]() |
Endapan
|
Larutan
|
![]() |
|



|
|
3.3.2 Kristalisasi melalui Penguapan
Larutan 1
|
Gelas Beker
|

Penambahan 0,5 g CaO
Penambahan Ba(OH)2
Penambahan 30g/L
(NH4)2 CO3
Pengadukan



Residu
|
Kertas Saring
|
Filtrat
|
![]() |
Penetralan
dengan HCl
Pengukuran dengan pH meter
Penguapan sampai kering
Kristal NaCl
|

Pengamatan
Pembandingan dengan pengendapan
Hasil
|
3.3.3 Rekristalisasi melalui Pengendapan
Larutan 2
|
![]() |
NaCl
+ H2SO4 pekat
|
Tabung
Reaksi
|

![]() |
Kristal
|
Penjenuhan
dengan gas HCl
![]() |
Penimbangan
Perhitungan
Hasil
|
IV
DATA PENGAMATAN
NO
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
2
3
|
Perlakuan awal
Ø 20 g
NaCl + 62,5 mL aquades panas diaduk dan dipanaskan sampai mendidih
Ø Larutan
NaCl di saring
Ø Filtrat
dibagi menjadi 2 bagian
Kristalisasi melalui penguapan
Ø Larutan
1 + 0,5 g CaO
Ø +
Ba(OH)2 encer
Ø + 30
g/ L (NH4)2CO3
Ø Penyaringan
dan filtratnya dinetralkan dengan
HCl
Ø Penguapan
sampai kering
Ø penimbangan
Rekristalisasi
melalui Pengendapan
Ø Larutan 2 + H2SO4 + NaCl
![]()
Ø Tabung ditutup
Ø Pembandingan dengan hasil dari kristalisasi melalui penguapan
|
Garam melarut
Filtrat
berwarna bening
Residu berwarna coklat
Dibagi 2 dalam
gelas beker
Larutan
berwarna putih keruh
Endapan agak
larut
Warna larutan putih
Filtrat berwarna putih
Residu berwarna coklat
Solven mulai
menguap
Kristal berwarna putih keruh
Berat kristal
10,6 gram
Larutan
berwarna kuning
Tidak ada
perubahan
Warna garam NaCl yang
dihasilkan lebih bening
|
V
Hipotesis
Percobaan yang berjudul Pemurnian Bahan melalui Kristalisasi ini
bertujuan untuk mempelajari
salah satu metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada
pemurnian garam dapur kasar. Prinsip
dari kristalisasi melalui penguapan adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
dimurnikan dengan zat-zat pengotornya dalam suatu pelarut tertentu. Metode
pengendapan ini menggunakan prinsip kerja yang digunakan adalah penambahan
ion-ion sejenis yaitu ion Cl- yang akan memperkecil kelarutan suatu
larutan hingga jenuh dan samapai Ksp terlampaui agar terjadi endapan NaCl. Hasil dari percobaan
ini adalah akan didapatnya gatam NaCl yang lebih putih dan bersih dari pada
garam dapur pasaran.
VI PEMBAHASAN
Percobaan
pemurnian bahan melalui kristalisasi bertujuan untuk mempelajari salah satu
metode pemurnian yaitu rekristalisasi dan penerapannya pada pemurnian garam dapur
kasar. Pada garam dapur kasar masih terdapat pengotor –
pengotor, sehingga perlu dilakukan suatu pemurnian dengan cara memisahkan garam
murni dari pengotor – pengotornya
dengan cara rekristalasisasi, pada umumnya pengotor yang terkandung dalam garam
NaCl adalah Ca2+, Mg2+,Al3+, SO42-,
I2, dan Br2. Metode pada percobaan ini adalah pengendapan
dan penguapan. Prinsip dari percobaan ini adalah perbedaan
daya larut antara zat yang akan dimurnikan (NaCl kasar) dengan zat-zat pengotor
yang terkandung dalam garam NaCl kasar agar didapatkan NaCl murni.
6.1 Perlakuan
Awal
Tujuan dari
perlakuan awal adalah untuk melarutkan Kristal garam NaCl kasar yang ada.
Langkah pertama adalah memanaskan aquades hingga mendidih untuk mempermudah
melarutkan NaCl kasar. NaCl dapat larut dalam air karena
NaCl bersifat polar dan merupakan senyawa ionik, dimana senyawa ionik akan
berbentuk ion – ionnya di dalam larutanya, dan harga Ksp dari senyawa NaCl
lebih besar dibandingkan dengan hasil kali ion – ionnya. Kemudian pada aquades ditambahkan gram garam dapur kasar dan diaduk agar garam
dapur bisa larut sempurna dalam air. Larutan ini kemudian dipanaskan lagi
sampai mendidih untuk mempercepat proses pelarutan,
karena pada pemanasan dapat meningkatkan gerakan partikel – partikel didalam
larutan sehingga tumbukan antar partikel semakin cepat dan kelarutan semakin
cepat. Setelah mendidih, larutan garam dapur disaring dan
diambil filtratnya. Penyaringan bertujuan untuk
memisahkan filtrat dengan residu.
Filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua untuk proses kristalisasi melalui
penguapan dan rekristalisasi melalui pengendapan.
6.2 Kristalisasi
melalui Penguapan
Pada metode kristalisasi melaui
penguapan berprinsip pada perbedaan titik didih antara pelarut dan titik
leleh zat terlarut, dimana titik didih
pelarut harus lebih kecil dari titik. Pada
metode ini,
langkah pertama yang dilakukan adalah
penambahan CaO ke dalam larutan 1 yang
berisi filtrat hasil perlakuan awal. Penambahan CaO berfungsi untuk memperbesar
perbedaan daya larut antara NaCl dan pengotornya,
dimana CaO akan menarik ion Cl, sehingga
timbul endapan CaCl2 berwarna putih. Reaksinya:
2 NaCl(aq)
+ CaO(s) + H2O ®
CaCl2¯ + 2 Na+ + 2 OH-
(Vogel,1990)
Ion Ca2+
bereaksi
dengan zat-zat pengotornya karena ion Ca2+ mampu mengikat karbonat
atau sulfat. Kalsium Karbonat dapat mengendap karena Kspnya lebih kecil daripada
hasil kali konsentrasi [Ca2+][SO42-]. CaSO4
juga dapat mengendap karena Kspnya lebih kecil daripada hasil kali konsentrasi
[Ca2+][SO42-]. Ksp dari CaCO3 adalah
4,8 x 10 -9 dan Ksp dari CaSO4 adalah 2,3 x 10 -4.
Reaksinya:
CaO ® Ca2+ + O2-
Ca2+ + CO32- ® CaCO3¯
Ca2+ + SO42- ® CaSO4¯
(Vogel,1990)
Setelah
penambahan CaO, selanjutnya ditambahkan Ba(OH)2 sampai tak terbentuk
endapan lagi. Penambahan ini bertujuan untuk memisahkan ion Cl- dari
CaCl2. Ba(OH)2
juga akan terurai menjadi Ba2+ dan OH- , OH-
ini berfungsi mengikat pengotor Fe2+ dan Mg2+ yang masih
tersisa. Penambahan Ba(OH)2 tetes per tetes hingga tak ada endapan
lagi bertujuan untuk membuktikan bahwa ion Cl- yang terdapat dalam
larutan telah berikatan semua dengan Ba2+ sehingga menghasilkan
endapan BaCl2. Reaksinya:
Ba(OH)2 ®
Ba2+ + 2 OH-
(Vogel,1990)
Reaksi antara OH- dengan Fe2+
dan Mg2+ :
Fe2+
+ 2 OH- ® Fe(OH)2¯ Ksp = 4,8 x 10
-16
Mg2+
+ 2 OH- ® Mg(OH)2¯ Ksp
= 3,4 x 10 -11
(Vogel,1990)
Reaksi
keseluruhannya :
2NaCl (aq) + CaO (s) + Ba(OH)2 (aq) + H2O
® BaCl2¯ +
Na+ + 4OH-
+ Ca2+
(Vogel,1990)
Setelah penambahan Ba(OH)2 dilanjutkan
dengan penambahan (NH4)2CO3 yang berfungsi
untuk mengikat ion Ba2+ dan Ca2+
yang terdapat dalam larutan secara
berlebih sehingga diperoleh endapn putih kembali. Reaksinya:
Ba2+ + CO32- ® BaCO3¯ Ksp = 8,1 x
10 -9
Ca2+ + CO32- ®
CaCO3¯ Ksp
= 4,8 x 10 -9
Reaksi
secara keseluruhannya :
BaCl2¯ +
Na+ + 4OH-
+ Ca2+ + (NH4)2CO3 ® BaCO3¯ + NH3
+ Na2CO3 + CaCl2¯
(Vogel,1990)
Laruatan ini kemudian disaring dan diambil filtratnya.
Penyaringan berfungsi untuk memisahkan filtrat dengan residunya. Pada percobaan
ini filtrat yang dihasilkan berwarna putih keruh dan residunya berwarna coklat. Filtrat ini dinetralkan dengan HCl karena pada
penambahan reagen-reagen sebelumnya, filtrat menjadi bersifat basa sehingga
perlu dinetralkan dengan HCl agar pH larutan garam kembali netral (pH = 7).
Sifat basa pada filtrat karena adanya ion NH4+ yang
berasal dari (NH4)2CO3,
penetralan berfungsi agar garam dapat terbentuk, karena pada dasarnya garam
bersifat netral. Setelah netral, filtrat diuapkan sampai kering
untuk menghilangkan ionNH4 + dan H2O, sehingga terbentuk kristal NaCl yang berwarna putih dengan
berat 10,6 gram dan rendemen produknya 53%. Fungsi
penguapan adalah untuk menghilangkan zat pelarut dan ion – ion lain yang mudah
menguap.
6.3 Rekristalisasi
melalui Pengendapan
Metode pengendapan rekristalisasi ini berprinsip pada penambahan
ion-ion sejenis akan memperkecil kelarutan suatu larutan
(Vogel, 1985)
Pertama-tama filtrat garam dari
perlakuan awal dijenuhkan dengan gas HCl
sampai sebagian terbentuk endapan. Gas HCl dibuat dengan mereaksikan NaCl
dengan asam sulfat pekat.
Reaksi yang terjadi :

(Vogel,1985)
Reaksi ini merupakan reaksi
eksoterm yang ditandai dengan timbulnya panas pada tabung reaksi. Gas HCl
disalurkan ke dalam larutan II dengan pipa bengkok sehingga gas HCl masuk ke
dalam larutan untuk mengkondisikan larutan garam NaCl menjadi lewat jenuh
sehingga terbentuk endapan NaCl yang lebih murni.
Reaksinya :
NaCl(s)
Na+
+ Cl-

(Vogel,1985)
Penambahan ion Cl- akan
mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kiri atau kearah NaCl hingga terbentuk
endapan. Gas HCl dapat mengendapkan kristal NaCl karena pengaruh ion sejenis Cl-.
Adanya ion sejenis yaitu Cl- akan menambah konsentrasi ion Cl-
dalam larutan NaCl hingga Ksp terlampaui dan NaCl akan mengendap, akan tetapi
pengotor – pengotor lain tidak terendapkan karena nilai Ksp dari pengotor –
pengotor lain lebih besar dibanding dengan hasil kali ion - ionnya. Penambahan
gelembung gas akan dihentikan apabila kristal sudah tidak terbentuk lagi.hasil
dari percobaan ini terbentuk 0.1 gram kristal NaCl yang sangat bening.
6.3.1
Kelebihan dari metode pengendapan
Kristal yang terbentuk lebih cepat
dan lebih murni dari pada menggunakan metode penguapan karena pada metode
pengendapan dihasilkan kristal NaCl tanpa zat pengotor.
6.3.2
Kelemahan dari metode Pengendapan
Rendemen yang dihasilkan lebih
kecil daripada rendemen metode penguapan, karena pada metode pengendapan NaCl
yang terbentuk tidak mengandung pengotor -
pengotornya, sedangkan pada metode penguapan NaCl yang terbentuk masih
terdapat pengotor - pengotornya
Sedangkan faktor yang mempengaruhi
pembentukan kristal yaitu :
1. Laju Pembentukan Inti
Dapat dinyatakan dengan jumlah inti
yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi ,maka
kristal yang terbentuk dalam jumlah yang besar tetapi tidak satupun dari ini
akan tumbuh menjadi kristal yang bentuknya besar. Jadi, endapan yang terbentuk
terdiri dari partikel-partikel yang lebih kecil.
2.
Laju pertumbuhan
Kristal
Jika laju pertumbuhan kristal
tinggi, maka akan terbentuk kristal yang lebih tinggi.
(Vogel,1985)
Dari kedu faktor tersebut, dapat
diketahui bahwa kristal yang terbentuk hasil dari percobaan berukuran kecil,
dan hasil yang didapatkan sedikit karena laju pertumbuhan kristal kecil.
Melalui metode pengendapan, kristal
yang dihasilkan akan lebih murni dibandingkan dengan kristal yang dihasilkan
melalui penguapan. Hal ini disebabkan karena kristal melalui pengendapan tidak
terkontaminasi oleh zat-zat pengotor (seperti Ba2+,Ca2+,
Mg2+) pada endapan tersebut, karena pengotor – pengotor
tersebut tidak terendapkan atau masih dalam bentuk ion ionnya. Sehingga kristal
yang dihasilkan berwarna lebih putih dan kristalnya mengkilap.
(Khopkar,1990)
Kecepatan terbentuknya kristal
melalui pengendapan lebih cepat dibandingkan melalui penguapan. Hal ini
disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan kristal, antara
lain:
a. Derajat
Lewat Jenuh
Makin tinggi derajat lewat jenuh,
maka makin besar kemungkinan untuk membentuk inti baru. Sehingga makin cepat
untuk membentuk kristal.
b. Jumlah
Inti yang Ada atau Luas Permukaan Total
Jika kecepatan pembentukan kristal
tinggi, maka jumlah inti yang dihasilkan ke dalam bentuk kristal akan semakin
banyak. Semakin luas permukaan total kristal, maka semakin banyak larutan yang
ditempatkan pada kisi kristal.
c. Pergerakan
antara Larutan dan Kristal
Transportasi molekul atau ion dalam
larutan (bahan yang akan dikristalisasi) dalam larutan ke permukaan kristal
dengan cara difusi dapat berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh
dalam larutan akan semakin besar.
d. Banyaknya
Pengotor
Adanya pengotor akan memperlambat
kecepatan untuk membentuk kristal. Pada metode penguapan, pembentukan kristal
lebih lama dibanding dengan metode pegendapan.
(Handojo,1995)
Rendemen
yang diperoleh dari metode pengendapan adalah 0,5%
VII KESIMPULAN
7.1 Pemurnian garam dapur dapat dilakukan
dengan 2 metode yaitu kristalisasi penguapan dan rekristalisasi pengendapa.
7.2 Metode paling efektif yang dapat digunakan
dalam percobaan ini adalah rekristalisasi mealui pengendapan karena lebih
efisien waktu dan kristal yang didapat lebih murni serta kekuatan garamnya
lebih kuat
7.3 Kristalisasi melalui penguapan rendemennya
adalah 53 %
7.4 Rekristalisasi pengendapan rendemen
prosentasenya adalah 0,5 %
LEMBAR
PENGESAHAN
Semarang,
21 Desember 2009
Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3
Prihastuti S L Dewi Rachmatika
Abdi Rani Anggraeni
J2C 008 051 J2C 008 053 J2C 008 054
Praktikan 4 Praktikan 5
Praktikan 6
Rani Trisnawati Ricky
Mara Sandi Rismita
Wulansari
J2C 008 055 J2C 008 056 J2C 008 057
Praktikan 7 Praktikan 8 Praktikan 9
Riswandi Aditria Indah
Purnamasari Moch. Ali
Muchit
J2C 008 058 J2C 008 093 J2C 008 094
Mengetahui,
Asisten
Etik
Murdiati
J2C
005 114
Perhitungan
Kristalisasi melalui penguapan
Diketahui: mo = 20 g
mt = 10,6 g
Ditanya: rendemen prosentase?
Jawab:
Rendemen prosentase =
%


= 53%
Rekristalisasi melalui Pengendapan
Diketahui : mo = 20 gram
mt
= 0,1 gram
Rendemen prosentase =
%


= 0,5%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar